Selasa, 08 November 2011

Potret Kepemimpinan Organisasi Sepak Bola Nasional

Penulis : Fidi Suwandi
Sebagai pencinta sepak bola tanah air khususnya klub kebanggaan bobotoh, Persib Bandung, saya senantiasa mengamati perkembangan organisasi yang mewadahi kegiatan sepak bola nasional. Mungkin mewakili jutaan masyarakat bola pada umumnya, kita dihadapkan pada dinamisasi PSSI dari masa ke masa. Paling aktual perhatian kita semua tertuju pada sistem yang dibuat PSSI dengan ketua umumnya yang baru dalam membuat format kompetisi Liga Indonesia 2011/2012. Kita semua tahu PSSI tetap dengan pendiriannya memutuskan kompetisi yang akan datang diikuti oleh 24 tim sebagai peserta kasta tertinggi sepak bola nasional. Meskipun banyak yang menentang, namun PSSI tampak ‘keukeuh’ dengan arogansinya. Konsekwensinya banyak klub yang pesimis mengawali kompetisi yang maha panjang ini. Tidak terkecuali Persib. Wajar memang, karena format ini akan berdampak pada masalah pembiayaan, fisik dan mental pemain, serta yang paling penting adalah prestasi. Banyak opini yang berkembang tentang sesuatu yang mendasari keputusan ini. Salah satunya adalah integritas SDM internal PSSI pasca suksesi era kepemimpinan Nurdi Halid.
Suka tidak suka PSSI dengan Djohar Arifin Husein-Nya lagi-lagi menuai kontroversi lewat keputusan-keputusan yang tidak populer. Insiden pemecatan pelatih Timnas Alfred Riedl yang akhirnya mengadu ke FIFA, pelanggaran statuta PSSI, aturan-aturan pendanaan klub hingga carut-marut proses persiapan kompetisi, semakin menghiasi wajah baru kepengurusan PSSI. Hal ini makin menegaskan kepada publik bahwa PSSI hanya sarat dengan kontroversi namun minim prestasi. Sejauh ini belum tampak visi yang benar-benar diusung kepengurusan PSSI yang baru  dalam konteks kemajuan sepak bola nasional.
Alangkah bijaknya jika kita tidak tergesa-gesa bicara tentang wacana sepak bola Indonesia menembus asia apalagi dunia. Sementara segelintir orang sibuk dengan kepentingan praktisnya bermain-main tanpa visi yang jelas. Satu hal yang luput dari perhatian mereka bahwasannya semangat nasionalisme rakyat Indonesia sangat tinggi dalam mendukung anak-anak bangsa untuk berprestasi. Ini jarang ditemui di negara lain mengingat kita adalah negara yang besar dengan tradisi sepak bola yang mengakar kuat di masyarakat. Namun ironisnya, masih ada sebagian pihak yang tega melukai nilai-nilai sportifitas dan nasionalisme demi kepentingan sesaat. Ini bukan merupakan justifikasi terhadap orang per orang di lingkungan internal PSSI.
Mungkin sedikit tendensius namun esensinya adalah kita tidak bisa mengelak sedikitpun dari pengamatan jujur masyarakat sepak bola nasional terhadap kinerja orang-orang yang notabene adalah ujung tombak persepakbolaan nasional. Pun demikian dengan saya pribadi sebagai salah satu bobotoh maung bandung, senantiasa memelihara semangat kedaerahan dengan penuh sportifitas demi menjunjung tinggi semangat nasionalisme. Terlepas dari itu semua marilah kita tetap menjaga optimisme dengan penuh kejujuran mengawal setiap langkah kemajuan sepak bola nasional.
(Penulis adalah bobotoh moderat persib, berdomisili di Banjaran Kab. Bandung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar